Minggu, 26 April 2015

Pendidikan Karakter

 

Pendidikan karakter menekankan pada nilai-nilai karakter para peserta didik itu sendiri.Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. 
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognitif. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan.Yaitu memberikan pendidikan karakterb pada anak didik. Pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter



Al Qur'an Surat Al Fatihah

BAB I
PENDAHULUAN

Mencakupnya isi surat Al Fatihah terhadap semua ilmu yang ada di dalam Al Qur'an ditunjukkan oleh Az Zamakhsyari, yaitu karena di dalam Al Fatihah terdapat pujian bagi Allah yang sesuai, terdapat peribadatan kepada-Nya, terdapat perintah dan larangan serta terdapat janji dan ancaman, sedangkan ayat-ayat Al Qur'an tidak lepas dari semua ini. Dengan demikian, semua isi Al Qur'an merupakan penjelasan lebih rinci terhadap masalah yang yang disebutkan secara garis besar dalam surat Al Fatihah. Surat ini dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya ada tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.
Keutamaan surat Al Fatihah
Surat Al Fatihah memiliki berbagai macam keutamaan dan keistimewaan dibanding dengan surat-surat yang lain. Di antaranya adalah; Al Fatihah merupakan surat yang paling agung. Al Fatihah merupakan surat istimewa yang tidak ada pada kitab-kitab terdahulu selain Al Qur’an. Al Fatihah sebagai obat dengan izin Allah suhanahu wata’ala. Terkait dengan shalat sebagai rukun Islam yang kedua, Al Fatihah merupakan unsur terpenting dalam ibadah itu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى وَلَمْ يَقْرَأْ فِيْهَا أُمَّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ – ثَلاَثاً – غَيْرُ تَمَامٍ
“Barang siapa shalat dalam keadaan tidak membaca Al Fatihah, maka shalatnya cacat (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengulanginya sampai tiga kali) tidak sempurna.” (HR. Muslim no. 395, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu) Bahkan membaca Al Fatihah termasuk rukun dalam shalat, sebagaimana riwayat diatas.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Surat Al Fatihah dan Terjemahnya

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١)  الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢)  الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣)
  مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤)  إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥)  اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)
 صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧)

Artinya:
1.     Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
2.    Segala puji Abagi Allah seluruh alam
3.    Yang Maha Pengasih Lagi Maha penyayang
4.    Pemilik hari pembalasan
5.    Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
6.    Tunjukilah kami jalan yang lurus
7.    (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

B.   Pembahasan Surat Al Fatihah
Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat ini adalah surat yang pertama diturunkan secara lengkap di antara surat-surat yang ada dalam Al Quran, ia termasuk golongan surat Makkiyyah. Surat ini disebut Al Faatihah (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Quran. Allah subhaanahu wa Ta'ala memulai kitab-Nya dengan surat ini, karena surat ini menghimpun tujuan dan maksud Al Qur'an. Oleh karena itu, surat ini dinamakan Ummul Quran (induk Al Quran) atau Ummul Kitaab (induk Al Kitab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al Quran. Oleh karena itu, diwajibkan membacanya pada setiap shalat. Al Hasan Al Basri berkata, "Sesungguhnya Allah menyimpan ilmu-ilmu yang ada dalam kitab-kitab terdahulu di dalam Al Qur'an, kemudian Dia menyimpan ilmu-ilmu yang ada dalam Al Qur'an di dalam surat Al Mufashshal (surat-surat yang agak pendek), dan Dia menyimpan ilmu-ilmu yang ada dalam surat Al Mufashshal di dalam surat Al Fatihah. Oleh karena itu, barang siapa yang mengetahui tafsirnya, maka ia seperti mengetahui tafsir semua kitab-kitab yang diturunkan." (Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu'abul Iman).
Makna Surat Al Fatihah per Ayat

1. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“Bismillaa Hirrohmaanirrohiim”
Maksud dari ayat pertama ini adalah : saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, mulai dari pekerjaan ringan seperti makan, minum, bepergian, belajar, dan sebagainya. Allah adalah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar-Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang ar-Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
2. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Alhamdulillahi rabbin ‘alamin”
Segala pujian beserta sifat-sifat yang tinggi dan sempurna hanyalah milik Allah suhanahu wata’ala semata. Tiada siapa pun yang berhak mendapat pujian yang sempurna kecuali Allah suhanahu wata’ala. Karena Dia-lah Penguasa dan Pengatur segala sesuatu yang ada di alam ini. Dia-lah Sang Penguasa Tunggal, tiada sesuatu apa pun yang berserikat dengan kuasa-Nya dan tiada sesuatu apa pun yang luput dari kuasa-Nya pula. Dia-lah Sang Pengatur Tunggal, yang mengatur segala apa yang di alam ini hingga nampak teratur, rapi dan serasi. Bila ada yang mengatur selain Allah suhanahu wata’ala, niscaya bumi, langit dan seluruh alam ini akan hancur berantakan. Dia pula adalah Sang Pemberi rezeki, yang mengaruniakan nikmat yang tiada tara dan rahmat yang melimpah ruah. Tiada seorang pun yang sanggup menghitung nitmat yang diperolehnya. Disisi lain, ia pun tidak akan sanggup membalasnya. Amalan dan syukurnya belum sebanding dengan nikmat yang Allah suhanahu wata’ala curahkan kepadanya. Sehingga hanya Allah suhanahu wata’ala yang paling berhak mendapatkan segala pujian yang sempurna.
3. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
“ar rahnmanir ar rahim”
Ar Rahman dan Ar Rahim adalah Dua nama dan sekaligus sifat bagi Allah suhanahu wata’ala, yang berasal dari kata Ar Rahmah. Makna Ar Rahman lebih luas daripada Ar Rahim. Ar Rahman mengandung makna bahwa Allah suhanahu wata’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, baik yang beriman atau pun yang kafir dan bersifat sementara di dunia. Sedangkan Ar Rahim, maka Allah suhanahu wata’ala mengkhususkan rahmat-Nya bagi kaum mukminin saja. Sebagaimana firman Allah suhanahu wata’ala: “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. Kasih saying yang di berikan Allah bersifat abadi yaitu kasih saying di akhirat.
4.   مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
“maaliki yaumid diin”
Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim, berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja. Dihubungkannya kepemilikan hari pembalasan kepada-Nya meskipun milik-Nya dunia dan akhirat, karena pada hari itu kelihatan dengan jelas kekuasaan dan kepemilikan-Nya. Pada hari itu antara raja-raja di dunia dengan rakyat sama tidak ada perbedaan, mereka tunduk kepada keagungan-Nya, menunggu pembalasan-Nya, mengharapkan pahala-Nya dan takut terhadap siksa-Nya.
Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang di waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya baik atau buruk. Yaumiddin disebut juga yaumul qiyaamah, yaumul hisaab, yaumul jazaa' dan sebagainya. Dibacanya ayat ini oleh seorang muslim dalam setiap shalat untuk mengingatkannya kepada hari akhir; hari di mana amalan diberikan balasan. Demikian juga mendorong seorang muslim untuk beramal shalih dan menghindari kemaksiatan.
5. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”
Secara kaidah etimologi (bahasa) Arab, ayat ini terdapat uslub (kaidah) yang berfungsi memberikan penekanan dan penegasan. Yaitu bahwa tiada yang berhak diibadahi dan dimintai pertolongan kecuali hanya Allah suhanahu wata’ala semata. Sesembahan-sesembahan selain Allah itu adalah batil. Maka sembahlah Allah suhanahu wata’ala semata.
Sementara itu, disebutkan permohonan tolong kepada Allah setelah perkara ibadah, menunjukkan bahwa hamba itu sangat butuh kepada pertolongan Allah suhanahu wata’ala untuk mewujudkan ibadah-ibadah yang murni kepada-Nya.
Selain itu pula, bahwa tiada daya dan upaya melainkan dari Allah suhanahu wata’ala. Maka mohonlah pertolongan itu hanya kepada Allah suhanahu wata’ala. Tidak pantas bertawakkal dan bersandar kepada selain Allah suhanahu wata’ala, karena segala perkara berada di tangan-Nya. Dalam hal berdoa dan memimta tolong di sunnahkan berjamaah. Cara meminta tolong kepada Allah bisa melalui shalat lima waktu maupun shalat sunnah sunnah lainnya, kemudian dengan berdoa dengan asmaul husna, dan yang terakhir yaitu dengan amal saleh.
6. اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“ihdinash shiratol mustaqiim”
Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Jalan lurus yang dimaksud adalah terhindar dari hambatan hambatan yang mengganggu jalannya kehidupan.  Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
Shiraathal mustaqim, jalan yang lurus yang jelas dan tidak berliku-liku. Shiraathal mustaqim ialah, mengikuti tuntunan Allah, dan rasulullah, juga berarti kitab Allah.

7.صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ 
shiraathalladziina an’amta ‘alayhim ghayril maghdhuubi ‘alayhim walaadhdhaalliin”
Siapakah mereka itu? Meraka adalah sebagaimana yang dalam firman Allah suhanahu wata’ala: “Dan barang siapa yang menta’ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sebaik-baik teman. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah cukup mengetahui”. (An Nisaa’: 69-70).
Orang-orang yang dimurkai Allah suhanahu wata’ala adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran akan tetapi enggan mengamalkannya. Mereka itu adalah kaum Yahudi. Allah suhanahu wata’ala berfirman berkenaan dengan keadaan mereka (artinya):
“Katakanlah Wahai Muhammad: Maukah Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai oleh Allah”. (Al Ma’idah: 60)
Adapun jalan orang-orang yang sesat adalah bersemangat untuk beramal dan beribadah, tapi bukan dengan ilmu. Akhirnya mereka sesat disebabkan kebodohan mereka. Seperti halnya kaum Nashara. Allah suhanahu wata’ala memberitakan tentang keadaan mereka: “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus”. (Al Ma’idah: 77)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Surat Al Fatihah meskipun singkat, namun mengandung banyak pengetahuan. Di dalamnya terdapat tiga tauhid yang diperintahkan; tauhid rububiyyah (dari ayat "rabbil 'aalmiin"), tauhid uluhiyyah (dari ayat "iyyaaka na'budu") dan tauhid asmaa' wash shifat dengan menetapkan semua sifat sempurna bagi Allah yang telah ditetapkan oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh ayat "Al Hamdulillah", karena nama-nama dan sifat-sifat Allah semuanya terpuji dan merupakan pujian bagi Allah Ta'ala.
Demikian juga menetapkan kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang diambil dari ayat "Ihdinash shiraathal mustaqiim", karena jalan yang lurus tersebut adalah jalan yang diterangkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Surat ini juga menetapkan adanya jazaa' (pembalasan amal) dan bahwa hal itu dilakukan dengan adil berdasarkan ayat "Maaliki yaumiddiin". Surat ini juga menguatkan Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah tentang masalah qadar, yakni bahwa semua terjadi dengan qadar Allah dan qadhaa'-Nya, dan bahwa seorang hamba melakukan perbuatannya secara hakikat; tidak dipaksa dalam berbuat. Hal ini dapat diketahui dari ayat "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin". Surat ini juga menerangkan pokok kebaikan, yaitu ikhlas, sebagaimana diambil dari ayat " Iyyaaka na'budu wa iyyaakanasta'iin".

Karena surat ini begitu agung dan mulia, Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya membacanya di setiap rak'at dalam shalat mereka baik shalat fardhu maupun sunat. Di surat tersebut Allah mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya bagaimana mereka memuji dan menyanjung-Nya, lalu mereka meminta kepada Tuhan mereka segala yang mereka butuhkan. Di surat ini pun terdapat bukti butuhnya mereka kepada Tuhan mereka, baik butuhnya hati mereka dipenuhi rasa cinta dan pengenalan kepada-Nya dan butuhnya mereka agar dibantu dalam menyelesaikan urusan mereka serta diberi taufiq agar dapat mengabdi kepada-Nya.

GLOBAL WARMING


The world today is increasingly rife with pollution of the environment around us. either in the form of air pollution, water, garbage and many other pollution-pollution. lack of awareness of each individual's own which makes semkain severity of the state of our world. sewage plant that dominated much of the pollution, is also one of the many examples of existing contamination. and also there is one problem that is very dangerous in this world that is global warming.
Global warming has become an issue that became the main focus of mankind. This phenomenon is not caused by other human actions themselves and the impact suffered by the man as well. To address global warming effort required is very hard because it is almost impossible to be resolved at this time. Global warming is indeed difficult to overcome, but we can reduce its effects. The imbalance which we have created between our life and earth is already showing the signs disasters in the form of flood, cyclones, landslides, tsunami, drought, etc. If the imbalance continues to rise, one day this will pose a question mark on the existence of this planet. Carbon dioxide (C02) which is an important constituent of environment is causing a warming effect on the earth’s surface.
It increases the evaporation of water into the atmosphere. Since water vapour itself is a greenhouse gas, this causes still more warming. The warming causes more water vapour to be evaporated. The C02 level is expected to rise in future due to ongoing burning of fossil fuels and landuse change. The rate of rise will depend largely on uncertain economic, sociological, technological and natural developments. Other gases such as methane, CFCs, nitrous oxide, tropospheric ozone are also responsible for global warming. Increases in all these gases are due to explosive population growth, increased industrial expansion, technological advancement, deforestation and growing urbanisation, etc.
Trees play a significant role in the global carbon cycle. They are the largest land-based mechanism for removing carbon dioxide from the air. Deforestation is checking these positive processes. It is the second principle cause of atmospheric carbon dioxide. Deforestation is responsible for 25 per cent of all carbon emissions entering the atmosphere, by the burning and cutting of 34 million acres of trees each year. Everyday over 5500 acres of rainforest are destroyed. As a consequence of massive loss of forests, global CO, levels rise approximately 0.4 per cent each year, the levels not experienced on this planet for millions of years. As we know the forests are the great absorbers of CO,,.
There is a close relation between global warming and population growth. Today the large population on earth is using the technologies which are destructive for the earth. Approximately, 80 per cent of atmospheric C02 increases are due to man’s use of fossil fuels either in the form of coal, gas or oil. A large portion of carbon emission is attributed to the burning of gasoline in internal-combustion engine of vehicles. Vehicles with poor gas mileage contribute the most to global warming. Besides, the sulphur group gas is the most harmful for this. Its contribution is 30 per cent in global warming. This gas is also emitted from the burning of fossil fuels. 
Increase in global temperatures will cause rise in sea level.It will lead to melting of glaciers, changes in rainfall patterns, increased intensity and frequency of extreme weather. As per the latest survey report the rate of melting of glaciers has seen sharp increase in recent times. Even those glaciers are affected from global warming which have been considered permanent. The shrinking of glaciers is going to pose a major problem of drinking water.
The sea levels as a result of melting of glaciers have risen from 0.35 mm to 0.4 mm. Scientists have warned in their reports that most of the glaciers will disappear within a period of 15 to 25 years. It will create problems of drinking water and food grains in most of the North American countries. India is not unaffected from it. The Himalayan glaciers have shrunk about 30 per cent after 1970.The rise in sea levels is a major cause of concern. A large number of cities located in coastal areas will submerge in the sea. Besides, many island countries will ultimately “lose their existence and will be washed away from the surface of the earth. The damage of rising sea levels is diverse. Buildings and roads close to the water could be flooded and they could suffer damage from hurricanes and tropical storms. Experts believe that global warming could increase the intensity of hurricanes by over 50 per cent. In addition, as the sea rises, beach erosion takes place, particularly on steep banks.
Wetlands are lost as the level rises. Rise in atmospheric temperature will lead to the outbreak of air¬borne and water-borne diseases. It would also contribute to the rise in death caused by heat. The problem of drought would be frequent. Consequently, malnutrition and starvation will pose serious challenge before humanity. Global warming is a great threat to the flora and fauna of the earth. A large number of species of them may become extinct.The expanse of desert would increase. Low rainfall and rising temperature could add to the intensity and frequency of dusty storm. This in turn will immensely affect the quality of agricultural land, ultimately causing adverse effect on agricultural produce. It would have far-reaching socio-economic impact.
The negative impact of global warming is indeed very much. Be it directly or indirectly in humans. Indirectly, namely the environmental damage that would interfere with the fulfillment of human needs. Directly that the temperature was getting hot that interfere with human health. Global warming does not bias prevented, but it can still be slowed. Starting with the development of environmentally sound technologies and follow the principle of recycling, reusing items that can still be used, and reducing the unnecessary use of natural resources.