Belajar
menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan
pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang sudah
dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Teori Konstruktivisme didefinisikan
sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan
aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar
sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi
makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Teori Konstruktivistik berpandangan bahwa pengetahuan dibina secara aktif oleh sesorang yang berfikir. Seseorang tidak menyerap pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru peserta didik akan menyesuaiakan informasi baru atau pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya melalui interaksi sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.
Menurut Schuman (1996): Semua orang
membangun pandangannya terhadap dunia melalui pengalaman individual atau skema.
Konstruktif menekankan pada menyiapkan peserta didik untuk menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam situasi yang tidak tentu atau ambigu. Selain itu yang paling penting
adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa .
siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan
mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu
nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang
lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
Dari uraian tersebut dapat
dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang
aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa
yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea
baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai
dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya,
menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya,
mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi
yang baru.
Sedang Merrill (1991) dan Smogansbord
(1997) menyatakan bahwa:
1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman
atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
2. Belajar adalah merupakan penafsiran
personal tentang dunia.
3. Belajar merupakan proses yang aktif di mana makna dikembangkan berdasarkan
pengalaman.
4. Pengetahuan tumbuh karena adanya
perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu
pandangan dalam berinteraksi atau bekerjasama dengan orang lain.
5. Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian
harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.
Ciri Teori Konstruktivis adalah:
a. Belajar merupakan pembangunan pengetahuan
berdarakan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
b. Belajar merupakan penafsiran seseorang
tentang dunia.
c. Belajar merupakan proses yang aktif dimana
pengetahuan dikembangkan berdasarkan pengalaman dan perundingan (negosiasi)
makna melalui berbagai informasi atau mencari kesepakatan dari berbagai
pandangan melalui interaksi atau kerjasama dengan orang lain.
d. Belajar perlu disituasikan dalam latar
(setting) yang nyata.
e.
Menekankan pada proses belajar,
bukan proses mengajar.
f.
Mendorong terjadinya kemandirian dan
inisiatif belajara pada siswa.
g.
Memandang siswa sebagai pencipta
kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
h.
Berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses, bukan menekan pada hasil.
i.
Mendorong siswa untuk melakukan
penyelidikan.
j.
Mengharagai peranan pengalaman
kritis dalam belajar.
k.
Mendorong berkembangnya rasa ingin
tahu secara alami pada siswa.
l.
Penilaian belajar lebih menekankan
pada kinerja dan pemahaman siswa.
m.
Berdasarkan proses belajarnya pada
prinsip-prinsip toeri kognitif.
n.
Banyak menggunakan terminologi
kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi,
kreasi, dan analisis.
o.
Menekankan bagaimana siswa belajar.
p.
Mendorong siswa untuk berpartisipasi
aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru.
q.
Sangat mendukung terjadinya belajar
kooperatif.
r.
Melibatkan siswa dalam situasi dunia
nyata.
s.
Menekankan pentingnya konteks siswa
dalam belajar.
t.
Memperhatikan keyakinan dan sikap
siswa dalam belajar.
u.
Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman
nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar