Minggu, 05 April 2015

Teori Belajar Konstruktivisme

Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Teori Konstruktivistik berpandangan bahwa pengetahuan dibina secara aktif oleh sesorang yang berfikir. Seseorang tidak menyerap pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru peserta didik akan menyesuaiakan informasi baru atau pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya melalui interaksi sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.
Menurut Schuman (1996): Semua orang membangun pandangannya terhadap dunia melalui pengalaman individual atau skema. Konstruktif menekankan pada menyiapkan peserta didik untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi yang tidak tentu atau ambigu. Selain itu yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992). Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru.
Sedang Merrill (1991) dan Smogansbord (1997) menyatakan bahwa:
1.    Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
2.    Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia.
3.    Belajar merupakan proses yang aktif di mana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
4.    Pengetahuan tumbuh   karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerjasama dengan orang lain.
5.    Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.
Ciri Teori Konstruktivis adalah:
a.    Belajar merupakan pembangunan pengetahuan berdarakan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
b.    Belajar merupakan penafsiran seseorang tentang dunia.
c.    Belajar merupakan proses yang aktif dimana pengetahuan dikembangkan berdasarkan pengalaman dan perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau mencari kesepakatan dari berbagai pandangan melalui interaksi atau kerjasama dengan orang lain.
d.   Belajar perlu disituasikan dalam latar (setting) yang nyata.
e.     Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
f.     Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa.
g.    Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
h.    Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil.
i.      Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan.
j.      Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
k.    Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
l.      Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
m.  Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif.
n.    Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis.
o.    Menekankan bagaimana siswa belajar.
p.    Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru.
q.    Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
r.     Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.
s.     Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar.
t.     Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
u.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar